Selasa, 21 Juli 2020

Ayah, aku menyesal

AYAH, AKU MENYESAL

Waktu berlari dengan lincah, melambai lembut tak bernada
Menyisakan jejak pada tanah yang kadang kering kemudian basah
Dengan langkah terseok kuseret ingatanku tentangmu
Mengabadikan potret wajah tuamu dalam bingkai mimpiku
Lelaki paruh baya yang tak lagi ada di bumi.
Ayah, memang bukan Doraemon yang dapat mengabulkan semua permohonanku
Atau sederet Super Hero yang gagah perkasa
Namun dia menyayangiku dengan sederhana
Bahkan mencintaiku dalam diam melalui doa-doanya
Ayah, waktu memaksaku pergi dari sisimu
Ketika cinta menjemputku memulai babak baru di kehidupanku pada bulan kedelapan tahun 2004
Di sisi pelabuhan itu masih terbias senyum yang terukir diwajamu
Seolah berkata : “Pergilah Nak, aku baik-baik saja”
Mencoba menudungi dengan rapi pilu hatimu
Ayah, kisah kita memang tak seindah dongeng Cinderela,
Aku kecewa dan pernah menganggapmu tiada
Ketika cintamu terbagi dari perempuan yang melahirkanku ke dunia
Aku marah padamu, 
Entah sudah berapa kali Volume suara tuamu meninggi karenaku
Sampai akhirnya ada sekat diantara kita
Aku benci, benci tapi juga rindu

Ayah, maafkan aku
Egoku menyiksamu sangat banyak,
Membuatku tersuruk di bawah puing-puing penyesalan
Bulan ketiga  tahun 2015 menjadi tahun terakhir bagimu
Ketika si jago merah melahap dengan buas dinding-dinding rumah kita
Dan aku, hanya bisa mendengar rintihanmu dari jauh
Memanggil namaku bak sembilu  yang menyayat sampai ke hulu hati.
Ayah, aku gemetar tak berdaya dalam penyesalan
Ego tempatku berpijak runtuh seketika
Saat  engkau terlelap dalam tidur panjangmu
Aku tersungkur merangkak menggapai tubuhmu yang terbujur kaku
Di iringi  tangis tanpa kata membelah keheningan malam itu

Ayah, aku terluka tanpa darah
Aku menggigil dalam duka dan rindu yang tak berujung
1 April 2015 engkau melepaskan genggaman tangan tuamu
Mendorongku untuk bernafas tanpamu,
Dan hari ini kurangkai puisi berair mata karena ceritaku masih tentangmu
Kupuaskan dahaga rinduku dengan petuah dan nasehatmu
Yang menjadi pelampungku saat mendayuh perahu hidupku
Ayah engkau bukan mimpi burukku, aku mencintaimu
Aku menyesal, maafkan anak perempuanmu ini…

Peran Penting Ayah dalam Kehidupan Seorang Anak Halaman all ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar